Stories
Good Duck

Working Identity: Karier Eksperimen Kukuh Rizal

Working Identity: Karier Eksperimen Kukuh Rizal

Industri musik tanah air terus bergerak dengan cepat. Setiap tahun muncul musisi baru dengan warna suara dan gaya berbeda, membuat persaingan semakin padat. Di tengah situasi itu, Kukuh Rizal memilih jalur berani: meninggalkan dunia korporat dan membangun sesuatu yang sama sekali baru. Baginya, masa depan tidak dibentuk oleh rencana sempurna, tapi oleh keberanian bereksperimen.

Inspirasi dan Sparkling Imagination

Kukuh berangkat dari latar seni rupa, tetapi rasa ingin tahunya membawanya melampaui batas bidang itu. Ia banyak membaca, termasuk kisah bagaimana Disney menghidupkan karakter hingga bisa hadir di berbagai medium. Dari sana ia menemukan gagasan yang ia sebut sparkling imagination—letupan ide yang bisa menginspirasi banyak orang.

Ia juga banyak belajar dari budaya populer. One Piece, dengan detail dan world building yang luas, membuatnya yakin bahwa musik bukan hanya soal lagu, tapi juga pengalaman yang bisa dibangun di sekelilingnya.

Sun Eater dan Ruang Eksperimen

Lewat keyakinan itu, Kukuh mendirikan Sun Eater. Sejak awal, ia percaya musik harus menjadi ruang untuk bereksperimen. Ia tidak takut salah, karena baginya kesalahan yang masuk akal adalah bagian dari proses. Filosofi itu membuat Sun Eater tumbuh menjadi rumah bagi musisi dengan suara berbeda-beda—dari Feast dan Hindia hingga Aldrian Risjad dan Agatha Pricilla—dan kini juga melahirkan nama-nama baru generasi muda.

Bertahan dan Berkembang

Pandemi sempat mengguncang industri musik, tetapi Sun Eater tidak berhenti. Mereka memperkuat strategi digital: konser virtual, kolaborasi konten, hingga proyek komersial yang menjaga arus kas tetap sehat. Dari sana, Sun Eater berkembang menjadi perusahaan hiburan hibrida—tidak hanya label musik, tapi juga konten kreatif, acara, dan platform komunitas. Belakangan, mereka meluncurkan label baru untuk musik koplo dan dangdut, serta SDY, lini fashion dan merchandise. Tahun ini Kukuh juga menjadi bagian dari Braintrust IdeaFest 2025 untuk pilar Musik dan Hiburan, mempertegas posisinya di ekosistem kreatif Indonesia.

Working Identity: Kerangka Karier Kukuh Rizal

Perjalanan ini sejalan dengan teori Working Identity dari Herminia Ibarra. Ibarra menjelaskan bahwa perubahan besar jarang datang dari rencana kaku, melainkan dari serangkaian percobaan yang membentuk identitas baru. Kukuh membuktikan hal itu. Dari profesional korporat, ia berubah menjadi pengusaha musik. Dari label, ia berkembang ke merchandise dan konten digital. Kini ia juga tampil sebagai pemikir industri. Semua itu lahir dari eksperimen, bukan blueprint sempurna.

Visi yang Konsisten

Di tengah berbagai proyek, Kukuh tetap memegang tujuan awalnya: ia ingin dikenang sebagai seorang “guru.” Bukan guru formal, melainkan seseorang yang membagi ilmu lewat pengalaman. Ia konsisten membuka telinga untuk masukan, terus belajar dari orang lain, dan mengubah pelajaran itu menjadi karya nyata.

Refleksi: Apa Eksperimen Masa Depanmu?

Perjalanannya mengingatkan kita bahwa masa depan jarang lurus. Ia lahir dari eksperimen, dari keberanian mengambil langkah meski hasilnya belum pasti. Dari situ identitas baru terbentuk, dan arah hidup menjadi lebih jelas.

Refleksi: Apa eksperimen kecil yang bisa kamu coba bulan ini—format baru, kolaborasi berbeda, atau ide sederhana—untuk menguji identitas masa depanmu?