Bernadet Putri tidak pernah menang lomba ilustrasi yang ia ikuti. Tapi dari kekalahan itu ia menemukan jalannya sebagai ilustrator.
Sebagai mahasiswa kriya tekstil di Institut Teknologi Bandung (ITB), ia terbiasa dituntut berpikir kreatif untuk tugas-tugasnya. Pada tugas akhir, ia harus membuat koleksi fesyen sekaligus pameran—proyek besar yang tentu membutuhkan biaya tinggi. Saat kondisi keluarganya sedang sulit, Bernadet mencari cara agar tetap bisa mewujudkan tugas tersebut. Ia berharap hadiah dari lomba ilustrasi di Instagram bisa menjadi jawabannya.
Sayangnya, tak satu pun ia menangkan.
Titik Balik dari Kekalahan
Meski gagal, Bernadet tidak berhenti menggambar. Ia justru makin rajin mengunggah karya ke Instagram. Dari konsistensi itu, satu per satu klien mulai datang. Awalnya hanya proyek kecil, tetapi setiap pesanan membuka kesempatan baru. Bernadet sadar, meski ia kalah dalam kompetisi, ia menang dalam ketekunan.
Karya-karyanya segera dikenali lewat ciri khas: menghadirkan alam dan budaya Indonesia. Lebih dari sekadar visual, inspirasi itu ia tarik dari hal-hal abstrak—perasaan sedih, senang, lirik lagu, hingga puisi. “Semakin unik dirimu, semakin orang lain bisa merasakan pesan yang ingin kamu sampaikan,” begitu keyakinannya.
Dalam setiap ilustrasi, Bernadet ingin menyiratkan bahwa manusia, hewan, dan tumbuhan adalah harmoni indah yang harus dijaga. Pesan ini menjadi benang merah yang konsisten melekat di karyanya.
Menemukan Arah di Tengah Kesibukan
Perjalanan Bernadet tidak langsung mulus. Ia sempat magang sebagai fashion designer, bekerja sebagai nail artist, sekaligus mengerjakan ilustrasi freelance di sela-sela jam kerja. Dua profesi yang dijalani bersamaan membuatnya kelelahan. Akhirnya, ia memutuskan fokus penuh sebagai ilustrator dan textile designer.
Keputusan itu menjadi titik penting. Ia bisa menaruh seluruh energi pada hal yang benar-benar membuatnya bersemangat, meski konsekuensinya adalah belajar disiplin, membagi waktu, dan membangun personal branding sejak awal.
Belajar Jadi Lebih dari Sekadar Tukang Gambar
Bagi Bernadet, menjadi ilustrator bukan hanya soal menggambar. Ia sadar, tanpa kemampuan manajemen, bisnis, dan branding, karyanya tidak akan berumur panjang. Karena itu, ia belajar dasar-dasar bisnis dan keuangan, bagaimana mengelola klien, serta cara membuat konsep karya yang bisa diterima secara profesional.
“Kalau hanya mengasah skill, hasilnya ya cuma jadi tukang gambar,” ujarnya. “Seorang seniman perlu tahu cara menghidupi karyanya.”
Pandangan itu terbukti benar. Dari ketekunan dan pengembangan diri, Bernadet mendapat kesempatan kolaborasi internasional bersama brand home decor asal Prancis, Lilipinso. Lewat Koleksi Utan, ia membawa nuansa hutan Kalimantan ke dalam dekorasi ruang anak—impian yang sejak lama ia simpan: membawa identitas Indonesia ke panggung dunia.
Growth Mindset: Kerangka Karier Bernadet Putri
Kegagalan lomba, kerja sambilan, sampai akhirnya membangun studio—semua itu menunjukkan pola yang sama dalam perjalanan Bernadet: ia selalu belajar dan mencoba lagi. Ketika sesuatu tidak berhasil, ia mencari jalan lain, mengasah diri, dan membawa pelajaran itu ke langkah berikutnya.
Itu yang disebut Carol Dweck sebagai growth mindset—keyakinan bahwa kemampuan bisa terus berkembang lewat usaha, eksperimen, dan keberanian menghadapi kesalahan. Bernadet tidak melihat kegagalan sebagai akhir, tapi sebagai bagian dari proses. Dari situ, identitasnya sebagai ilustrator perlahan terbentuk, bukan lewat satu keputusan besar, melainkan melalui serangkaian percobaan yang konsisten.
Visi yang Konsisten
Pada 2020, Bernadet mendirikan Bernadet Putri Studio, tempat ia menjual karya dalam berbagai bentuk: fesyen, stationery, hingga suvenir. Kini, hampir satu dekade sejak langkah pertamanya, ia masih konsisten berkarya.
Menurutnya, kunci bertahan bukan hanya soal skill, tetapi juga cinta terhadap mimpi. “Kalau sudah cinta, semangat itu akan selalu ada,” katanya. Baginya, cinta terhadap proses membuatnya mampu melewati keraguan dan tekanan.
Ia juga menekankan pentingnya kepercayaan klien. Bagi seniman, kepercayaan adalah aset paling berharga. Sekali kepercayaan itu hadir, uang akan mengikuti. Dan menjaga kepercayaan itu adalah pekerjaan yang tidak pernah selesai.
Refleksi: Dari Kegagalan ke Kekuatan
Kisah Bernadet mengingatkan kita: kegagalan tidak selalu akhir, tapi bisa jadi pintu ke arah baru. Identitas diri kita sering kali tidak ditemukan di atas kertas rencana, melainkan dibentuk dari keberanian untuk mencoba, gagal, dan bangkit lagi.
Refleksi: Kegagalan apa yang pernah kamu alami—dan apa arah baru yang mungkin ia buka untukmu?